BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Evolusi
adalah suatu fenomena yang muncul
pada kepercayaan-kepercayaan atau agama, agar lebih adaftatif dan dapat
diterima, lebih otonom dan kompleks, agar lebih dapat diterima oleh masyarakat
penganutnya. Fenomena inilah yang oleh ahli disebut sebagai evolusi agama.
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai logika tentu memandang fenomena berbeda
dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh orang lain. Ketika suatu fenomena yang
dianggap diluar batas kekuatan manusia muncul, maka ada yang menyebutnya
sebagai tuhan, tapi adapula yang lebih cerdas yang menganggap bahwa ada sesuatu
yang berkuasa atas fenomena itu.
Anggapan awal kami manusia sebagai
manusia yang berbudaya tentu saja akan berubah-ubah dalam beragama, baik dari
segi ritualnya maupun dari keteraturan-keteraturan keagamaan lainnya. Manusia
akan terus bekembang menjadi lebih komplek kebudayaannya, dari segala dimensi,
termasuk agama. Apakah perubahan itu menjadi lebih buruk dari sebelumnya
ataukah menjadi yang lebih baik. Apakah yang dimaksud dengan evolusi agama?
Bagaimana bentuk evolusi agama? Apakah agama-agama samawai seperti Islam juga
berevolusi? Bagaimana akhirnya masyarakat mempercayai satu Tuhan atau lebih,
dan bagaimana hal itu berproses, dan berubah untuk tujuan tertentu adalah hal
yang akan dicoba dijelaskan dalam makalah ini..
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Evolusi Menurut Agama Islam
Di dalam Al-Qur’an
manusia pertama memang tidak diungkap secara eksplisit. Tampaknya, mengurai
asal-usul manusia pertama bukanlah tema substantif al-Qur’an.
Seperti yang kita tau, Manusia modern pertama
atau yang disebut Homo Sapien bermula dari Afrika baru selanjutnya menyebar
keseluruh dunia. Apakah Homo aspen tersebut yang bernama adam? Tapi kalau
dilihat dari segi bahasa, Homo sapien dan adam memiliki arti yang sama, kata
adam berasal dari bahasa aram kuno yang berarti manusia atau yang kita kenal
manusia modern, sedangkan kata Homo sapien sendiri juga berarti Manusia modern
Adam sebagai Khalifah, Substansi dari dialog
dengan malaikat (Q.s. al-Baqarah: 30-31 ) adalah penegasan bahwa sesungguhnya
Allah sebagai Pencipta atau Penjadi khalifah di muka bumi ini. Kata “jaa`ilun”
sebagai konstruksi isim fa`il yang berarti subyek pelaku dalam frasa Innii
jaa’ilun fi al-ardhi khaliifah tidak harus diartikan “hendak menjadikan
khalifah di muka bumi”. Seandainya arti ini yang dipahami, maka tidak ada
khalifah sebelum Adam. Konseksuensi logisnya, Adam adalah manusia pertama.
Khalifah sebelum Adam dan khalifah yang hendak
diciptakan Allah ini adalah khalifah yang benar-benar berasal dari golongan
manusia. Perhatikan ayat berikut ini: Dan Dialah yang telah menjadikan kamu
khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat ‘iqab-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun
dan Maha Penyayang. (Q.s. al-An’am: 165).
Ayat tersebut kembali menegaskan bahwa
sesungguhnya Allah adalah pencipta para khalifah di muka bumi ini. Kata ganti
orang kedua (dhamir mukhatab) pada ja’alakum merujuk pada seluruh umat manusia.
Menilik pada keumuman lafadz ini, apabila dikaitkan dengan pertanyaan malaikat
tentang penciptaan khalifah, maka khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari
golongan manusia juga. Ada banyak “Adam-Adam” lain yang sebelumnya diciptakan
Allah dengan fungsi yang sama namun dengan karakter yang berbeda; destruktif.
Adam dan Instalasi al-Asma’
Dengan mengorelasikan fakta-fakta arkeologis
tentang ragam manusia sebelum Homo Sapiens, tampaknya selaras dengan karakter
“destruktif” sebagai yang digambarkan malaikat. Namun, bukankah karakter
hominid memang demikian? Manusia-manusia tersebut mempunyai struktur fisik yang
hampir mirip manusia (kalau tidak ingin dikatakan hampir mirip kera). Mereka
tercipta dengan volume otak yang kecil yang dengan sendirinya perilakunya pun
cenderung tanpa tatanan manusiawi atau bersifat kebinatangan. Mereka tidak
layak disebut sebagai khalifah. Sementara itu, khalifah mempunyai kedudukan yang
terhormat sebagai “duta” Allah untuk mengelola bumi ini.
QS. at-Tin (95) : 3
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS. Ar Rahmaan, 55: 14-15)
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
(QS. Al Baqarah, 2: 30-34)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar."
Mereka menjawab: "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam." Maka, sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
(At-Taghaabun, 3 )
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu).
(QS. Al Hijr, 15: 26-27)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
(QS. Al Hijr, 15: 28-29)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud."
(QS. Adz Dzaariyaat, 51: 56)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(QS. An Nahl, 16: 68-69)
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlan jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(QS. An Nuur, 24: 25)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu
(QS. Shaad, 38: 71-72)
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
(QS. Ali 'Imran, 3: 59)
Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah!" (seorang manusia), maka jadilah dia.
(QS. As Sajdah, 32: 7)
Yang menciptakan segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
(QS. Al Infithaar, 82: 6-8)
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.
(QS. As Sajdah, 32: 7-9)
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh) nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
(QS. Az Zumar, 39: 6)
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan (ja'ala) daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak…
2.2
Teori Evolusi Menurut Agama Kristen (Krsitian)
Pertama-tama
kita harus memegang bahwa karena iman dan akal itu sama-sama berasal dari
Allah, maka kita percaya bahwa seharusnya tidak ada pertentangan antara iman
dan akal (reason) dan science yang menjadi hasil dari akal tersebut
untuk mencapai kebenaran, asalkan pencarian kebenaran tersebut dilakukan dengan
tulus tanpa memasukkan ide-ide pribadi yang kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Teori Evolusi yang kita kenal
sebenarnya merupakan suatu hipotesa, yang masih memerlukan pembuktian lebih
lanjut, agar dapat dikatakan sebagai kebenaran. Sementara ini, bukti ilmiah
belum dapat dikatakan mendukung hipotesa tersebut. Ada dua inti besar
teori Evolusi- yang dikenal sebagai “Macroevolution/ evolusi makro”yang
dipelopori oleh Darwin:
- Semua mahluk hidup berasal dari mahluk sederhana yang terdiri dari satu sel atau lebih, yang terbentuk secara kebetulan.
- Species baru terbentuk dari species lain melalui seleksi alam, dengan melibatkan kemungkinan variasi, di mana variasi tersebut dapat bertahan dan berkembang biak. Dalam abad ke-20, hal ini diperjelas dengan memberi penekanan pada kemungkinan mutasi sebagai cara pembentukan variasi. Posisi ini dikenal sebagai Neo- Darwinism.
Sebelum kita membahas lebih lanjut,
kita melihat bahwa di sini terdapat 2 jenis evolusi, yaitu Evolusi makro, dan
evolusi mikro. Evolusi makro membicarakan evolusi melewati batas-batas species,
di mana species secara berangsur-angsur berubah menjadi species yang lain.
Sedangkan evolusi mikro adalah evolusi yang berada di dalam batas satu species.
Mikro evolution adalah suatu realita yang dapat kita amati secara langsung pada
alam, jadi tidak perlu dipermasalahkan. Umumnya, evolusi mikro ini berhubungan
dengan adaptasi dengan lingkungan baru, dan berupa pengurangan organ dan bukan
penambahan dan penyesuaian.
Teori evolusi yang kita kenal umunya adalah evolusi makro. Ini bertentangan dengan iman, karena definisinya, teori Evolusi makro merujuk pada asumsi bahwa tidak ada campur tangan Tuhan (sebagai Divine Intelligence) sebagai pencipta umat manusia.
Teori evolusi yang kita kenal umunya adalah evolusi makro. Ini bertentangan dengan iman, karena definisinya, teori Evolusi makro merujuk pada asumsi bahwa tidak ada campur tangan Tuhan (sebagai Divine Intelligence) sebagai pencipta umat manusia.
Dengan demikian, kita dapat melihat
bahwa terdapat beberapa problem mengenai teori Evolusi makro, baik dari segi
filosofi maupun ilmu pengetahuan, dan akal sehat kita sesungguhnya dapat
menilai mana yang benar:
A. Problem Evolusi makro dari
sudut pandang filosofi:
- Teori Darwin berpendapat bahwa dari mahluk yang lebih rendah dapat dengan sendirinya naik/ membentuk mahluk yang lebih tinggi, yang disebabkan oleh kebetulan semata-mata, (dan bukan disebabkan karena campur tangan ‘Sesuatu’ yang lebih tinggi derajatnya). Ini bertentangan dengan prinsip utama akal sehat: sesuatu/ seseorang tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya.
- Teori Darwin tidak berdasarkan fakta konkrit bahwa species tertentu memiliki ciri khusus yang tidak dipunyai oleh species lain; sebab teori ini beranggapan bahwa semua species seolah-olah tidak punya ciri tertentu dan dapat berubah menjadi species yang lain, seperti tikus menjadi kucing, kucing menjadi anjing, dst. Hal ini tentu tidak terjadi dalam kenyataan.
- Teori ini mengajarkan bahwa kemungkinan variasi terjadi karena ‘kesalahan’/ hanya kebetulan; dan ini seperti mengatakan bahwa musik disebabkan oleh ‘keributan’ semata-mata.
- Teori Darwin tidak dapat menjelaskan perbandingan paralel antara hasil karya manusia dan satu sel mahluk hidup. Karena akal sehat dapat melihat secara objektif bahwa hasil karya manusia/ teknologi betapapun bagus dan rumitnya tidak memiliki kehidupan sedangkan mahluk satu sel memiliki kerumitan tertentu yang dapat menyebabkan ia hidup dan berkembang. Maka jika teknologi tersebut (yang lebih rendah jika dibandingkan dengan mahluk satu sel) dihasilkan oleh mahluk dengan akal yang tinggi (yaitu manusia), maka betapa hal itu harus lebih nyata dalam hal penciptaan mahluk satu sel tersebut, yang seyogyanya diciptakan oleh mahluk yang jauh lebih tinggi dari manusia.
- Evolusi tidak dapat menjelaskan keberadaan keindahan alam di dunia. Jika segala sesuatu adalah hasil kebetulan yang murni, maka hal itu tidak dapat menjelaskan bagaimana kebetulan itu bisa menghasilkan keindahan yang ditimbulkan oleh keteraturan/ ‘order’. Dari pengalaman sehari-hari, kita mengetahui tidak mungkin terdapat kebetulan-kebetulan murni yang bisa menghasilkan keteraturan dan keindahan.
- Teori Darwin tidak membuktikan bahwa Tuhan Sang Pencipta tidak ada, melainkan teori ini mengambil asumsi ketidak-adaan Tuhan sebagai titik tolak. Bahwa kemudian dikatakan bahwa pembuktian ‘kebetulan secara ilmiah’ tersebut menunjukkan demikian, itu hanya merupakan demonstrasi untuk mengulangi suatu pernyataan yang diasumsikan sebagai kebenaran.
B. Problem Evolusi makro dari
segi Ilmu Pengetahuan:
- Kenyataannya, species mahluk hidup sudah jelas memiliki keterbatasan ciri-ciri yang secara genetik tidak dapat berubah. Sampai saat ini tidak ada bukti nyata tentang pembentukan species baru dari species lain menurut seleksi alam. Jikapun ada, maka mahluk persilangan ini tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak. Contoh: ‘mule’ , persilangan antara kuda dan keledai, tidak dapat berkembang biak/ steril.
- Hasil penemuan fosil tidak menunjukkan perubahan yang berangsur secara terus menerus pada species yang satu dan yang lain. Yang ditemukan adalah bentuk yang stabil untuk jangka waktu yang lama, dan tidak ditemukan fosil species perantara yang menghubungkan satu species dengan yang lain. Jika benar ada mahluk antara kera dengan manusia, tentu fosil mahluk antara kera dan manusia harus banyak ditemukan, namun sampai saat ini tidak demikian, sehingga dikatakan bahwa terdapat ‘missing links’ antara fosil kera dan fosil manusia. Betapa ini menunjukkan bahwa mahluk penghubungnya tidak ditemukan karena memang tidak ada!
- Mutasi menunjukkan adanya pengurangan organ ataupun modifikasi organ yang sudah ada, karena kebetulan dan tidak essensial, seperti perubahan warna, bentuk, dst. Namun mutasi tidak dapat menjelaskan sesuatu yang tadinya tidak ada jadi ada. Jadi prinsipnya ‘indifferent/regressive’ dan bukan ‘progressive’.
- Darwin sendiri mengamati dengan teliti evolusi mikro, namun masalahnya dia menjadikannya sebagai rumusan untuk evolusi makro, walaupun sesungguhnya tidak dapat menjawab bagaimana sesuatu yang lebih sederhana membentuk sesuatu yang lebih rumit. Tidak usah jauh-jauh bicara soal keseluruhan tubuh; sebab bagaimana perkembangan dari satu sel menjadi organ mata atau telinga (yang walaupun kecil tapi kompleksitasnya cukup tinggi) saja belum dapat dibuktikan.
- Perhitungan matematika, yaitu teori probabilitas menunjukkan bahwa kemungkinan perubahan dari mahluk sederhana (1 sel atau lebih) menjadi mahluk yang kompleks adalah sangat kecil dan seluruh sejarah manusia tidak cukup untuk merealisasikan perubahan itu. Mungkin alibi ini termasuk yang paling mungkin dari pandangan ilmiah untuk membuktikan bahwa evolusi makro itu tidak mungkin terjadi. Salah satu tokoh evolusi seperti Jacques Monod (1910-1976) sendiri mengakui bahwa kemungkinan evolusi dari mahluk bersel satu adalah “hampir nol” dan kemungkinan terjadi hanya sekali (Jacques Monod, Chance and Necessity, NY, Alfred A. Knopf, 1971, p.114-145). Monod seorang ahli biologi, menyuarakan pendapat dalam hal biologis, namun hal ini tidak sejalan dengan kemungkinan secara matematika, yaitu bagaimana satu kemungkinan yang langka tersebut dapat terjadi, dan dapat menjadi dasar perkembangan manusia dalam kurun waktu sejarah manusia yang terbatas. Menurut statistik, hal ini tidak mungkin.
- Seandainya benar, maka diperlukan waktu yang sangat panjang untuk realisasi kemungkinan mutasi/ ‘kebetulan’ ini. Keterbatasan waktu sejarah manusia yang menunjukkan paling lama sekitar 10.000- 15.000 tahun tidak memberikan jawaban untuk kemungkinan teori ini. George Salet menulis, “…ilmu pengetahuan menemukan fungsi DNA, duplikasinya dan perkembangannya memberi dasar bagi spekulasi matematika bahwa, … periode geologis harus dikalikan dengan 10 diikuti dengan ber-ratus atau ber-ribu-ribu nol, untuk memberikan waktu bagi terbentuknya sebuah organ baru, walaupun organ yang paling sederhana sekalipun.” (diterjemahkan dari George Salet, “Hasard et certitude. Le transformisme devant la biologie actualle, Paris, 1972, p. x)
- Ilmu pengetahuan mengakui kompleksitas mahluk hidup ber-sel satu, dan tidak dapat menjelaskan bagaimana asal usul kehidupan. Dalam hal ini tokoh evolusi menawarkan penyelesaian dengan teori ‘blind chance’, tetapi seperti Monod sendiri mengakui, hal ini masih problematik, dan lebih tepat disebut sebagai ‘teka-teki’. (Ibid., p. 143)
Kenyataan di atas sesungguhnya dapat
membantu kita untuk melihat hal Evolusi tersebut secara lebih objektif. Kini,
mari kita lihat pandangan Gereja mengenai hal evolusi ini, yang dapat
saya rumuskan dalam beberapa point:
- Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara
langsung oleh Allah, dari yang tadinya tidak ada jadi ada. Jiwa ini
dihembuskan kedalam embrio manusia yang terbentuk dari hubungan suami
istri. Jadi jiwa manusia bukan berasal dari produk evolusi. Dalam
surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide
evolusi total (yang menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera
(primate). Dalam Humani Generis 36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa
meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia, masih dapat diselidiki apakah
terjadi dari proses evolusi, namun yang harus dipegang adalah: semua jiwa
manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan. Namun demikian mengenai
evolusi tubuh manusia itu sendiri, masih harus diadakan penyelidikan yang
cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang terbentuk
dari ‘pre-existing matter’ tersebut sebagai sesuatu yang definitif.
Jadi ide evolusi total ini sama sekali bukan hipotesa bagi orang katolik. Namun demikian, para ilmuwan dapat terus menyelidiki hipotesa bahwa tubuh manusia dapat diambil dari kehidupan yang sudah ada (ancestral primate), walaupun juga dengan sikap hati-hati, “great moderation and caution”. Tetapi ia harus memegang bahwa semua manusia diturunkan dari satu pasang manusia (monogenism), bukan dari banyak evolusi paralel (polygenism) seperti pada hipotesa tertentu, sebab semua manusia diturunkan dari Adam dan Hawa. Dan hal ini sesuai dengan konsep “dosa asal” yang diturunkan oleh manusia pertama. - Mengenai penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada sebenarnya tidak bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/ debu, yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian 2:7). Namun hal ini tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang berakal dan memiliki kehendak bebas.
- Jadi diperbolehkan jika orang berpikir bahwa
kemungkinan tubuh kera dapat berkembang mendekati tubuh manusia dan pada
titik tertentu (di tengah jalan), Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam
tubuh manusia itu yang kemudian terus berevolusi (evolusi mikro) sampai
menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St. Thomas Aquinas I, q.76,
a.5, menyebutkan bahwa teori yang menyebutkan bahwa manusia
adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak.
Tubuh Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk
mengubah materi apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan
menjadikannya layak sebagai tubuh yang dapat menerima jiwa manusia. Campur
tangan ini mungkin saja luput dari pengamatan ilmiah, seperti yang diakui
sendiri oleh Monod, saat mengatakan bahwa asal usul hidup manusia adalah
suatu teka-teki.
Tidak mungkin bahwa dalam satu tubuh dapat terdapat dua macam jiwa, yang satu adalah rational (manusia) dan yang kedua, irrational (kera), sebab terdapat perbedaan yang teramat besar, yang tidak terjembatani antara jiwa kera dan jiwa manusia. Lagipula tubuh kera bersifat spesifik yang diadaptasikan dengan lingkungan hidup yang tertentu. Jadi tidak mungkin bahwa tubuh manusia merupakan hasil dari perubahan-perubahan ‘kebetulan’ dari tubuh kera.
Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah, jika manusia diciptakan melalui ‘pre-existing matter’ seperti dari tubuh kera sekalipun, terdapat campur tangan Tuhan untuk mengubah tubuh tersebut menjadi tubuh manusia, yang tidak merupakan kelanjutan dari tubuh kera tersebut, seperti halnya terdapat campur tangan Tuhan untuk menghembuskan jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu, yang bukan merupakan kelanjutan dari jiwa kera. Inilah yang secara ilmiah dikenal sebagai ‘lompatan genetik’, namun bedanya, ilmuwan mengatakan itu disebabkan karena kebetulan semata, sedangkan oleh Gereja dikatakan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh campur tangan Tuhan. - Cardinal Schonborn dalam artikel di New York Times tgl 7 Juli 2005 menjelaskan bahwa pengamatan pada mahluk hidup yang telah menunjukkan ciri-ciri yang final menyebabkan kita terkagum dan mengarahkan pandangan kepada Sang Pencipta. Membicarakan bahwa alam semesta yang kompleks dan terdiri dari mahluk-mahluk yang ciri-cirinya sudah final ini, sebagai suatu hasil ‘kebetulan’, sama saja dengan ‘menyerah’ untuk menyelidiki dunia lebih lanjut. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa akibat terjadi tanpa sebab. Ini tentu saja seperti membuang pemikiran akal manusia yang selalu mencari solusi dari masalah.”
- Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia. Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya ciptaan-Nya, dengan terang akal budi manusia.. KGK no 295 mengatakan, “Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya. Dunia bukan merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau kebetulan.”
Uraian di atas adalah merupakan
prinsip dasar mengapa kita sebagai orang Katolik tidak dapat menerima teori
Evolusi makro ala Darwin, sebab prinsip ajaran Gereja adalah manusia diciptakan
bukan sebagai hasil kebetulan, tetapi karena sungguh diinginkan oleh Allah.
Sedangkan mengenai evolusi mikro di dalam batas species, kita semua dapat
menerimanya, sesuai dengan penjelasan di atas. Prinsipnya, jikapun ada evolusi,
tidak mungkin melangkahi batas penyelenggaraan Allah. Allah-lah yang menciptakan
manusia, yaitu jiwa dan tubuh. Jiwa manusia diciptakan dari ketiadaan, (out of
nothing) dan tubuh dari materi yang sudah ada (pre-existing matter) namun Allah
mempersiapkan tubuh itu agar layak menerima jiwa manusia. Kesatuan tubuh
dan jiwa manusia tersebut diciptakan sesuai dengan gambaran Allah.
Selanjutnya, hal analisa mineral dan
outer space hanya merupakan metoda ilmiah, yang hasilnya juga tidak dapat
menjawab misteri asal-usul kehidupan.
Jadi dalam hal ini kita melihat
benang merah antara science dan iman. Di samping pertimbangan akal sehat pada
hasil penelitian evolusi, pada akhirnya diperlukan kerendahan hati untuk
menerima apa yang diajarkan oleh Gereja. Gereja tidak menentang science, namun
juga tidak dapat menyatakan hipotesa ilmiah sebagai kebenaran, karena statusnya
masih hipotesa dan belum sepenuhnya dapat dibuktikan.
2.3
Teori Menurut Agama Hindhu
Agama
Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material
Dewa Wisnu dalam misi penyelamatan dunia. Apabila dikaji secara sains dan
ilmiah, konsep awatara memiliki banyak makna dan filsafat yang dapat dikaji.
Filsafat Dasa Awatara menunjukkan adanya perkembangan kehidupan dan peradaban
manusia yang ada di bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap
perkembangan jaman yang terjadi. Berikut dijelaskan beberapa awatara
dengan maknanya.
- Matsya Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan yang terjadi pertama kali di bumi berawal dari air.
- Kurma Awatara memiliki makna bahwa adanya perkembangan lebih lanjut dari peralihan hewan air menjadi hewan darat. Artinya ada perkembangan lebih lajut, munculnya hewan amphibia.
- Wahara Awatara memiliki makna bahwa terjadi kehidupan yang lebih lanjut terjadi di darat.
- Narasimba Awatara mengandung makna bahwa dimulainya evolusi mammalia.
- Wamana Awatara mengadung makna bahwa melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna.
- Parashurama Awatara melambangkan bahwa terjadi perkembangan manusia ke tingkat yang lebih manusia.
- Rama Awatara melambangkan bahwa sudah mulai terjadinya peradaban manusia untuk memulai pemerintahan.
- Krishna Awatara melambangkan terjadinya kecakapan hidup manusia yang lebih kompleks yang memajukan peradaban manusia, yang mahir dalam pengetahuan dan kesenian.
- Balarama Awatara melambangkan adanya peradaban ke arah bidang pertanian.
- Budha Awatara melambangkan terjadi kemajuan di bidang sosial dalam hubungan manusia.
Berdasarkan
penjelaskan diatas, dapat dijelaskan bahwa sebenarnya antara konsep ilmiah
dengan konsep agama pada bidang-bidang tertentu terdapat kesamaan konsep yang
sejalan. Konsep evolusi sebagai salah satunya merupakan kajian yang dapat
dijelaskan dari sisi agama, khususnya agama Hindu. Filsafat Awatara yang
diyakini oleh umat Hindu ternyata memiliki kesamaan dengan konsep ilmiah yang
menjelaskan proses terjadinya kehidupan paling awal sampai dengan saat ini yang
bersifat progresif (menuju ke arah kompleksitas organisasi kehidupan).
Apabila
di kaji dari teori evolusi, pemikiran-pemikiran evolusi yang hampir kena adalah
pemikiran dari Lammarck. Teori Lammarck menyatakan bahwa di bumi mula-mula
timbul makhluk hidup yang sederhana yanga sederhana, akan tetapi makhluk yang
sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis
makhluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jelannya kehidupan.
Teori evolusi mengganggap manusia sebagai akhir evolusi. Kajian dari segi Agama
Hindu menyatakan bahwa awatara yang terakhir adalah Kalki Awatara yang
akan muncul pada akhir dari jaman Kaliyuga. Pernyataan ini sangat
sejalan dengan teori evolusi yang menyatakan bahwa manusia merupakan akhir
evolusi.
Secara
ilmiah memang benar bahwa kehidupan yang pertama terjadi di dalam air (laut)
(Lehninger, 1982). Pernyataan ini sanmgat sejalan dengan pemikiran Hindu
bahwa awatara yang pertama adalah Matsya Awatara, yang merupakan
penjelmaan materialistik dari Dewa Wisnu dalam bentuk ikan yang tentu ada di
laut. Memang secara ilmiah tidak menyatakan bahwa kehidupan pertama adalah
hewan (ikan), tetapi, nilai filsafat yang terkandung dalam konsep Hindu
mengenai Matsya Awatara adalah bahwa kehidupan yang pertama terjadi di
dalam air (laut).
Secara global menurut Weda, alam
semesta terdiri dari dua bagian utama, yaitu 2/3 alam rohani dan 1/3-nya alam
material. Alam rohani sering disebut dengan istilah alam Moksa dimana
kondisinya adalah sat cit ananda (kekal, penuh dengan ilmu pengetahuan dan
penuh dengan kebahagiaan). Di alam moksa terdapat jutaan planet yang ditempati
oleh roh-roh yang telah mencapai pembebasan dan sesuai dengan rasa yang
dimiliki oleh roh bersangkutan. Sebagai contohnya, seorang pemuja Krishna akan
mencapai planet Vaikunta, Pemuja Narasimha akan hidup bersama Narasimha, pemuja
Narayana akan hidup bersama Narayana di planet rohani yang masing-masing
terpisah. Sedangkan di alam material tersusun atas jutaan alam semesta. Dimana
dalam satu alam semesta terdiri dari jutaan galaksi. Kita sendiri menempati
salah satu alam semesta dalam galaksi Bimasakti. Dalam sebuah galaksi terdiri
milyaran tatasurya yang berpusat pada 1 bintang, dan dalam satu tatasurya
terdiri dari beberapa planet. Seperti pada tempat kita tinggal di planet bumi
yang terletak pada tata surya dengan pusat bintang matahari.
Penciptaan alam semesta diawali dari
Tuhan sendiri yang berbaring di lautan penyebab yang mungkin bisa dikiaskan
sebagai pondasi seluruh alam semesta sebagai Karanodakasayi Visnu yang maha
besar. Dari setiap pori-pori Karanodakasayi Visnu muncullah Garbhodakasayi
Visnu yang memunculkan sebuah alam semesta. Dari sini bisakah kita membayangkan
betapa besarnya Tuhan? Yang hanya dari 1 pori-porinya memunculkan 1 alam
semesta yang terdiri dari jutaan galaksi.
Secara Ilmiah munculnya alam semesta
dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu ini diistilahkan dengan
White Hole (Lubang Putih). Fenomena White hole sempat diamati oleh beberapa
ilmuan yang merupakan area tempat terjadinya perubahan dari Energi menjadi
Materi. Kenyataan ini dibenarkan dalam sloka Rgveda bab II.72.4 disebutkan
“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi)
asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).
Perubahan dari energi menjadi materi diistilahkan dengan White Hole, bagaimana
dengan perubahan dari materi menjadi energi? Dalam konsep penciptaan Veda,
perubahan ini dapat diistilahkan dengan Black Hole yang juga sangat sesuai
dengan penemuan para ilmuan saat ini. Jadi Veda memberikan jawaban atas
pertanyaan bagaimana alam semesta diciptakan bukan dengan konsep big bang
seperti yang diakui oleh Al-Qur’an, melainkan dengan teori yang baru mulai
dilirik oleh para ilmuawan setelah ditemukannya fenomena Black Hole, yaitu
teori Black Hole – White Hole.
Lebih lanjut Veda menjelaskan bahwa
setelah munculnya Garbhodakasayi Visnu dari pusar beliau muncul bentuk yang
menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk
hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai
arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta
yang dikuasainya. Kanapa penulis menjelaskan Dewa Brahma menjadi arsitek dalam
alam semesta yang dikuasainya? Hal ini karena Menurut Veda alam semesta ada
jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi
Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa
Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat
bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang
berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa
Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh
jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma yang
telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan
Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari
tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini
dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam
setiap atom dan partikel terkecil sekalipun. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai
maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma
menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, alien, mahluk halus,
binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Weda juga memberikan penjelasan siapa manusia pertama. Tidak seperti halnya
kitab suci Abrahamik yang menyebutkan hanya ada 1 manusia pertama yaitu Adam,
Tapi Weda menjelaskan ada 14 manusia pertama yang muncul dalam jaman yang
berbeda dalam 1 siklus penciptaan. Manusia pertama dalam Weda diciptakan oleh
dewa Brahma dan disebut dengan Manu dan sampai saat ini sudah mencapai generasi
manu ke-7.
Jika anda mengaku sebagai manusia
tetapi menolak otoritas Manu sebagai manusia pertama, maka anda adalah orang
bodoh. Manusia berasal dari bahasa sansekerta, dari urat kata manu dan sia, sia
diartikan sebagai keturunan. Karena itu seluruh keturunan Manu disebut sebagai
manusia. Jadi anda salah besar jika memanggil diri anda sebagai manusia tetapi
mengakui Adam sebagai leluhur pertama anda. Weda menolak akan adanya teori
Evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin, Tetapi Weda mengemukakan akan
adanya Devolusi, atau terjadinya degradasi atau penurunan kualitas kehidupan,
mulai dari semakin kacaunya susunan tata surya, kepunahan mahluk hidup,
penurunan kualitas kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu. Terus
bagaimana Weda dapat menjelaskan tentang terjadinya berbagai ras manusia? Dalam
kitab suci agama Abrahamik yang dengan tegas mengakui hanya Adam adalah manusia
pertama dan berusaha menjelaskan bahwa mutasi dan evolusi genetislah yang
menghasilkan ras berbeda. Hawa sebagai pasangan adam tercipta dari tulang rusuk
Adam. Dengan demikian secara ilmiah, gen yang dimiliki Adam seharusnya sama
dengan gen yang dimiliki hawa. Jika kedua pasangan ini kawin dan menghasilkan
keturunan, maka sudah barang tentu keturunan yang dihasilkannya seharusnya
memiliki gen yang sama. Hanya saja kenapa saat ini ada banyak ras dengan
genetik yang sangat jauh berbeda? Agamawan dari kalangan Abrahamik menjelaskan
bahwa perubahan itu akibat adanya evolusi karena mutasi. Hanya saja Ilmu
pengetahuan modern saat ini menjelaskan bahwasanya mutasi tidak akan pernah
menghasilkan keturunan yang bersifat menguntungkan bagi mahluk hidup
bersangkutan. Sebagai contoh semangka yang dimutasi dapat menghasilkan semangka
tanpa biji dimana selanjutnya semangka bersangkutan tidak akan mampu berkembang
biak secara normal. Demikian juga dengan sapi yang diradiasi untuk menghasilkan
sapi yang memiliki ukuran besar juga tidak sanggup bertahan hidup dan
berkembang biak secara normal. Bukti lain yang membantah pernyataan agamawan
Abrahamik yaitu jika orang Asia hidup di tengah-tengah orang bule di Eropa
dalam waktu yang sangat lama dengan kebudayaan Eropa tetapi mereka tidak pernah
melakukan perkawinan silang dengan orang bule, apakah postur tubuh mereka
berubah menjadi orang bule atau campurannya? Tentu tidak bukan. orang dengan
ras asia tetap sama dimanapun mereka berada.
Nah, jika teori Adam-Hawa ini salah,
bagaimana otoritas Weda menjelaskannya? Menurut Weda yang menjelaskan bahwa
sampai saat ini di bumi ini telah muncul 7 Manu. Dan dengan gampang menyatakan
bahwa ras-ras yang berbeda yang ada saat ini berasal dari ke-7 manu yang
memiliki genetik yang berbeda dan perkawinan silang di antara mereka. Jadi
keturunan dari Manu saat ini adalah kombinasi dari 7 dan dapat merupakan
kombinasi dari keturunanya lagi. Tentunya secara Ilmiah teori ini dapat
diterima dengan baik dan jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan konsep
Adam-Hawa. Jadi yakinkah bahwa leluhur anda adalah Adam dan Hawa?
Seringkali pula kita mendengar bahwa
kiamat sudah dekat. Benarkah kiamat sudah dekat? Weda menjelaskan bahwa kiamat
akan terjadi pada saat Brahma yang merupakan arsitek alam semesta meninggal
dunia pada usia beliau yang ke-100 tahun dalam satuan waktu alam Jana Loka.
Sebelum ke penjelasan selanjutnya, sebaiknya harus dimengerti terlebih dahulu
bahwa waktu di bumi, berbeda dengan waktu di planet lain ataupun di dimensi
lain sesuai dengan hukum relativitas ruang dan waktu. Jika kita dapat mengerti
bahwa 1 hari di sorga akan sama dengan 6 bulan di bumi, 1 hari di dimensi alam
jin akan sama dengan 3 hari di dimensi kita di bumi. Demikian juga dengan alam
/ dimesi ruang yang lainnya. 100 tahun dewa Brahma jika dikonversikan dalam
satuan waktu kita akan sama dengan 311,04 triliun tahun manusia. Umur alam
semesta yang sepanjang ini dapat dibagi-bagi lagi seperti dalam gambar di
samping.
Sumber : Lifes Come From Lifes,
Bhaktivedanta Book Trust
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam teori evolusi dari masing-masing agama, evolusi seiring
dengan kemajuan kebudayaan manusia dan kemajuan cara mereka berfikir. Tapi
tetap saja manusia primitip tidak bisa mempercayai tuhan non materi. Anggapan
bahwa tuhan itu tebatas pada dia yang berkuasa atas fenomena alam ini, dan
untuk mendatangkan manfaat ataupun menolak musibah mereka menyembahnya. Begitulah
selanjutnya terus berkembang sedikit demi sedikit. Para ahli tidak sepakat
dalam membagi tahapan evolusi karena ketidak jelasan perbedaan satu fase dengan
yang lainnya. Meskipun beberapa teori telah dikemukakan tapi hal itu juga hanya
hal-hal yang paling mencolok dari penelitian beberapa agama. Dan evolusi tentu
saja tidak harus dilalui oleh seluruh agama. Dengan mempelajari evolusi ini
sekali lagi terlihat jelas keistimewaan agama Islam dan membuktikan bahwa agama
ini adalah agama samawi dan sempurna sejak diturunkan. Tetapi yang terpenting
saat ini adalah Pendirian dari masing-masing
pembaca kepada keyakinannya masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar